Jumat, 22 Mei 2015

Bayang-bayang Aksi Profit Taking

Sejak terjun bebas pada awal mei lalu, kini IHSG perlahan-lahan mulai menunjukkan kemampuannya untuk bangkit kembali. Dimana pada perdagangan kemarin, IHSG mampu menembus resistennya dan indicator MACD telah membentuk goldencross yang mengindikasikan IHSG akan kembali kepada kondisi yang prima lagi. Meski begitu, ada bayang-bayang aksi profit taking dibalik pergerakan IHSG ini. Hal ini ditunjukkan oleh pada perdagangan kemarin meski IHSG ditutup menguat, namun beberapa saham unggulan semisal AALI dan GGRM mengalami koreksi.


Ada beberapa faktor yang membuat bayang-bayang aksi profit taking dapat terjadi:

1. Dalam sejarah bursa, ketika bursa melakukan rebound setelah terjadinya koreksi, maka akan terjadi koreksi minor yang membentuk landasan baru. Koreksi ini disebabkan oleh belum kembalinya kepercayaan para investor terhadap aktifitas investasi setelah terjadinya koreksi yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
2. Pertumbuhan ekonomi yang melambat dibanding kuartal yang sama pada tahun lalu. Awal mei BPS merilis laporan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I berada pada posisi 4,7% dan inflasi yang masih tergolong tinggi
3. Menurunnya kinerja emiten. Dirilisnya laporan kuartal I 2015 oleh para emiten yang menunjukkan menurunnya kinerja (meski ada beberapa yang mengalami peningkatan luar biasa) dibanding kuartal yang sama pada tahun lalu.
Tidak hanya saham-saham biasa yang mengalami penurunan, tapi juga para leading sector juga mengalami hal yang sama. Hal ini rupanya berimbas pada penurunan kepercayaan para investor terhadap perekonomian Indonesia (dan juga emiten) sehingga banyak investor menarik dana mereka dan menunggu hingga situasi membaik (mungkin sampai dirilisnya laporan kuartal II bulan juli mendatang).
4. Menurunnya kinerja rupiah. Hingga hari ini rupiah masih berkutat di atas 13.000 rupiah per dollar. Ini memberikan kekhawatiran tersendiri bagi para investor terkait kinerja emiten dimasa mendatang. Apalagi emiten yang dalam operasinya menggunakan USD seperti CPIN, MAIN dan emiten lainnya.
5. Dilema BI. Selasa kemarin, tepatnya 19-05-2015 BI menetapkan BI Rate pada posisi 7,5 alias sama seperti pada kuartal sebelumnya.  BI tidak berani menurunkan BI Rate bukan tanpa alasan, pasalnya jika BI Rate diturunkan, hal itu bisa menyebabkan banyak investor asing mengambil dana mereka dan keluar untuk berinvestasi di AS, dan itu didorong oleh isu bahwa The FED akan menurunkan suku bunga mereka.
Saat ini, pergerakan saham di BEI masih sideways, membentuk masa konsolidasinya. Dan jika pada kuartal II nanti laporan menunjukkan perbaikan, maka prediksi penulis saham-saham unggulan akan beterbangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar