Selasa, 09 Juni 2015

Koreksi IHSG di 2015 : Review dan Strategi Menghadapi Koreksi

Sejak 2008 IHSG hanya sekali mengalami koreksi yakni pada tahun 2013 selama kurang lebih 7 bulan sebelum kembali menguat pada awal tahun 2014, dan kini IHSG mengalami koreksinya dimulai resmi pada April lalu. Lalu sampai kapan IHSG akan kembali kondusif? Well, tidak ada yang tahu persis kapan IHSG akan kembali pada kondisi primanya, namun dengan mempelajari pola dan kondisi fundamental sekarang akan terlihat sedikit gambaran kondisi IHSG saat ini.

Boleh dibilang IHSG saat ini sedang demam, flu, batuk dan pilek. Setelah setahun lebih IHSG berlari kencang, sudah sewajarnya ia mengambil langkah untuk kembali istirahat (koreksi) dan memantapkan posisi (landasan) untuk kembali beralri kencang.


Awal tahun 2015 banyak analis memprediksi IHSG akan mampu menembus 5800 bahkan target fantastis IHSG akan mampu menmebus angka 6000 (that's incredible) dan bahkan berani menggadang-gadang Rupiah akan ebrada di level 10.000/USD. Kenapa banyak analis mengemukakan demikian? Well, tingginya ekspektasi terhadap kemenangan jokowi rupanya menjadi faktor yang paling tinggi selain karena fundamental ekonomi Indonesia yang stabil dibanding beberapa negaa lain yang mulai menunjukkan pelemahan termasuk Cina. Disisi lain cukup banyak analis yang mewanti-wanti dengan melambatnya perekonomian Cina (salah satu mitra ekonomi terbesar Indonesia) akan berdampak besar terhadap Indonesia.

Tingginya ekspektasi tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya. Kuartal I di tahun 2015 seluruh emiten merilis laporan keuangan kuartal I, dan hasilnya cukup mengecawakan. Dimana mayoritas emiten besar mengalami perlambatan pertumbuhan, ditambah lagi laporan dari BPS bahwa pertumbuhan perekonomian Indonesia hanya tumbuh 4.7% jauh dari harapan dimana pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun sebesar 5.8%.

Disisi lain pergantian pemerintahan juga sebenarnya memberikan dampak secara tidak langsung, dimana biasanya pemerintah yang baru akan bisa secara efektif bekerja dengan baik dimulai pada kuartal ke II dan selanjutnya. Sehingga jika dilihat pada faktor ini maka perlambatan ekonomi dikuartal I terlihat wajar. Benarkah pertumbuhan perekonomian yang seperti itu wajar?

Mari kita review kembali beberapa kebijakan pemerintah yang baru selama ini
1. Subsidi BBM dicabut dan di revisi setiap 2 minggu sekali. Jika kebijakan tersebut dilaksanakan dengan baik pemerintah, mungkin akan memberikan dampak yang baik. Namun dampak buruknya adalah dengan mudahnya perubahan harga BBM dari waktu ke waktu yang relatif singkat akan menyulitkan emiten untuk melakukan proyeksi seberapa besar beban operasional mereka.
2. Meski BBM dapat naik dan turun dengan begitu mudahnya, namun tidak berimbas secara langsung terhadap perubahan harga bahan-bahan pokok dan sekunder di pasaran. Dimana pada saat harga BBM naik maka hampir seluruh harga bahan-bahan tersebut dipasaran juga naik, namun ketika BBM turu, sayangnya bahan-bahan tersebut tidak juga ikut turun. Akhirnya apa yang terjadi? Masyarakat akan enggan membelanjakan uangnya.
3. Belum terealisasinya projek ambisisus pemerintah. Ini adalah salah satu poin utama yang menjadi perbincangan hangat, dimana pada saat kampanye jokowi memberikan beberapa janjinya salah satunya adalah menggenjot sektor infrastruktur. Sayangnya proyekl tersebut sampai saat ini masih belum teralisir dan masih dalam tahap perenacanaan. Pertanyaannya, bagaimana mungkin proyek yang masih dalam tahap perencanaan memberikan imbas yang bagus terhadap laju perekonomian Indonesia? Namun ini adalah proyek jangka menengah dan panjang,kita tidak berhak menilainya sedini mungkin saat ini juga.
4. Tidak adanya intervensi pemerintah terhadap perlambatan perekonomian dan pelemahan rupiah. Well, inilah yang sebenarnya ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan. Saat ini rupiah sudah menyentuh posisi tertingginya sejak 1998 yaitu 13.350/USD meski pada pagi tadi rupiah sudah berada pada posisi 13.310/USD. Dengan pelemahan rupiah ini akan berdampak pada operasional perusahaan yang menggunakan USD dan perusahaan-perusahaan yang memiliki utang dalam USD. Kemudian imbasnya kedalam bursa adalah kerugian yang dialami investor asing yang berasal dari sslisih dari kurs tidak mampu ditutupi oleh keuntungan dari transaksi di bursa (jika untung, kalau rugi? )

Lalu bagaimana dengan arah IHSG kedepan? Penulis tidak berani memberikan prediksi tekait hal ini, namun mari kita lihat grafik berikut ini





Sejak awal 2013 sebenarnya IHSG masih dalam kondisi up trend meski saat ini IHSG sudah menembus EMA200 (gambar atas). Coba perhatikan gambar bawah (yang kedua), penulis mencoba memnggambar secara sederhana dengan mengambil skenario terburuk pada IHSG yakni pelemahan yang berkelanjutan. Garis 1 adalah support IHSG untuk hari ini yakni 5000. Jika support ini tertembus hari ini atau hari-hari selanjutnya, maka Support 2 (4900) dan support 3 (4800) dapat tertembus. Bahkan jika pelemahan rupiah terus berlanjut dan indeks global masih saja melemah maka bukan tidak mungkin IHSG akan menembus 4500 (penulis tidak membuat garisnya karena ini adalah support kuatnya, dimana jika terjadi penurunan ini sudah terlalu dalam dan akan membuat banyak investor maupun trader kepanikan).

Sekarang mari kita lihat grafik berikut
http://sahamologi.blogspot.com/

Dari gambar tersebut penulis mencoba mengukur lama koreksi 2015 dengan 2013. Pada tahun 2013 IHSG mengalami koreksi kurang lebih selama 7 bulan dan pada awal tahun 2014 IHSG kembali pada kondisi terbaiknya untuk berlari kencang, lalu bagaimana dengan sekarang? Jika dihitung-hitung, koreksi saat ini baru berjalan kurang lebih satu bulan setengah, nah proyeksi penulis untuk pelemahan kali ini kurang lebih 3-4 bulan dengan syarat rupiah kembali menguat, pemerintah mengambil langkah-langkah strategis, serta laporan kuartal da ekonomi Indonesia kuartal II mengalami perbaikan.

Bagaimana jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi? Well, jika memang skenario terburuknya seperti itu, maka sepertinya krisis juga akan kembali menghampiri Indonesia.

Lalu langkah-langkah apa saja yang sebaiknya diambil untuk saat ini? Berikut ini pandangan penulis
1. Keluar dari market
2. Trading jangka pendek
3. Menemukan saham-saham tangguh

Jika anda mudah mengalami kepanikan, sebaiknya anda segera keluar dari market jika saham yang anda pegang memang sudah mengalami kerugian diatas karugian yang dapat anda terima. Kemudian anda bisa memanfaatkan trading harian jika nantinya terjadi pullback. Jika suatu saham yang memiliki yfundamental yang bagus, meski ia mengalami penurunan yang tajam, sudah sepantasnya ia untuk rebound. Lalu kapan pullback akan terjadi? tidak ada yang bisa memastikannnya. Yang selanjutnya anda bisa menemukan saham-saham yang tangguh disaat bear terjadi, dengan ciri-ciri saham ini akan ikut turun namun penurunannya tidakmeleihi penurnan IHSG (biasanya membentuk pola sideways), dan jika tekanan jual reda pada IHSG saham ini akan rally meninggalkan IHSG sendirian. Tidak mudah memang memnemukan saham-saham seperti ini, namun dengan ketelitian dan pengalaman analisa di bursa akan dengan mudah menmemukan saham-saham macam ini (let's say SRIL). Coba anda perhatikan grafik SRIL, saat IHSG mengalami penurunan ia haya turun sedikit dan hanya membentuk pola sideways, dimana resisten kuatnya ada padaposisi 350. Jika posisi ini tertembus maka bisa jadi SRIl akan menembus level 400 bahkan lebih. Berikut grafik SRIL

Tidak ada komentar:

Posting Komentar