Menjadi
masalah yang klasik dikalangan investor atau trader yang baru masuk kedalam
pasar, dimana mereka kerap kali berdiskusi terkait status mereka atau seseorang
sebagai investor atau trader dengan membandingkan time frame yang mereka
tetapkan. Dengan demikian perdebatan yang sebenarnya tidak akan meningkatkan
performa portofolio ini dapat mengganggu pemikiran seseorang terhadap pemilihan,
transaksi, dan lama waktu memegang saham mereka.
Pandangan
umum menyebutkan bahwa seorang trader memiliki time frame yang lebih pendek
ketimbang investor. Seorang trader dengan time framenya yang pendek membuat
mereka lebih sering keluar masuk pasar ketimbang seorng investor. Dimana pandangan
trader dengan time frame yang (umumnya) kurang dari 1 tahun membuat mereka
lebih suka mencari saham yang secara teknikal up trend sehingga lebih mudah
mendapatkan keuntungan. Kemudian seorang investor yang sering dianggap memiliki
time frame yang lebih panjang (biasanya lebih dari 1 tahun) memiliki kesabaran yang tinggi dan sering
kehilangan momentum untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dalam jangka waktu
yang lebih pendek.
Well,
saya tidak akan memncoba membantah mayoritas asumsi terkait dengan time frame
seorang trader atau investor. Tetapi ijinkan saya menyampaikan pandangan dan
pendapat pribadi terkait hal ini yang mungkin saja dapat memberikan pandangan
yang lebih luas sehingga tidak begitu membatasi terkait ruang gerak seorang
tader atau investor.
Saya
akan membedah melalui cara pandang seseorang dalam membeli saham di bursa. Warrant
Buffet pernah berkata bahwa ia dalam membeli saham mempunyai pandangan ia
membeli bisnis bukan saham. Dari sini bisa diambil kesimpulan awal bahwa
investor sekelas buffet tidak memandang saham sebagai komoditas yang bisa diperjual
belikan melainkan sebuah bisnis yang harus diperlakukan layaknya bisnis pada
umumnya. Tidak hanya itu Buffet juga tidak mau sembarangan membeli saham,
sehingga sebelum membeli suatu saham ia akan mencari informasi terkait saham
tersebut. Baik itu terkait fundamental, manajemen, produk dan sector industrinya.
Mari
kita bedakan pandangan seorang trader dan investor. Seorang trader lebih banyak
mengambiil pandangan bahwa saham adalah sebuah komoditas yang dapat dipejual
belikan dalam waktu yang relative pendek dengan beberapa perhitungan mereka
baik secara fundamental, teknikal, maupun bandarmologi. Sedangkan seorang investor
dalam membeli saham ia akan mencari berbagai informasi terkait saham tersebut
baik fundamental, manajemen, produk (inovasi), industry dan kekuatan merk.
Perlakuan
seorang investor dan tader jauh berbeda, trader akan membeli saham dengan
perhitungan ia akan mendapat keuntungan dalam jangka pendek (bahkan dalam satu
hari ia bisa mentransaksikan 1 saham beberapa kali) sehingga seorang trader
dapat keluar masuk pasar begitu cepat dan anlisanya lebih fokus ke analisa pasar.
Bandingkan dengan investor, ia akan keluar atau masuk pasar sesuai dengan hasil
analisanya terkait perusahaan (bukan kondisi pasar) sehingga ia bisa saja
keluar masuk dalamrentang waktu kurang dari 1 tahun jika analisanya dulu sudah
tidak sesuai dengan kondisinya sekarang.
Bagaimana
dengan time framenya? Well, secara pribadi saya kurang sependapat bahwa trader
adalah mereka yang memegang saham kurang dari 1 tahun, sedangkan investor lebih
dari 1 tahun. Karena time frame bisa saja berubah tanpa ada pemberitahuan
kepada khalayak umum terlebih dahulu. Jika merunut pada jangka waktu, anda yang
awalnya seorang trader kemudian jadi investor hanya karena saham yang anda
pegang terus saja up trend lebih dari setahun secara tidak sengaja. Jika seperti
itu, sangat berbahaya bagi anda dan portofolio anda. Kok bisa? Penjelasannya begini,
jika trader dikenal sangat dekat dengan taking profit dan cut loss, yang mana
pada suatu saat ia menghadapi bear market dan karena saham anda merugi (anggap saja ini saham BC)
anda tetap memegangnya meski anda sudah merugi banyak (semisal ADHI saat ini). Jelas
anda menjadi seorang investor dadakan, dan ini tidak bisa dipungkiri oleh banyak
orang.
Jika
anda menjadi trader atau investor berdasarkan fokus analisisnya, saya yakin
anda tidak akan menjadi investor atau trader dadakan. Karena jika anda trader,
anda sudah menentukan buy point, TP, dan CL sehingga anda akan bisa dengan
cepat merespon perubahan kondisi pasar dan tidak terjebak kedalam perangkap “investor
dadakan”. Kan gak lucu trader jadi investor dadakan? :D
Bagaimana
dengan investor? Jika investor melakukan pembelian saham berdasarkan analisanya
terhadap perusahaan dan sector industrinya dia tidak akan terjebak kedalam
saham abal-abal yang dalam 1bulan mampu naik lebih dari 50%, atau menjual
sahamnya karena turun harganya meski secara fundamental dan sector industry juga
masih fine2 saja, dan tidak ada factor force de jure yang meyebabkan harga
saham tersebut turun. Gak lucu juga kan seorang investor yang dikenal memiliki
tingkat kesabaran tinggi tiba-tiba menjual sahamnya hanya karena sahamnya
turun?
Well,
sebaiknya anda jangan terlalu terpaku pada time frame, melainkan harus tetap
pada hasil analisa anda. Jika anda lebih fokus dan senang menganalisa pasar dan
mencari saham-saham yang up trend serta memberi peluang gain yang tinggi
berdasarkan kondisi saham tersebut di pasar, maka anda jadi tader. Dan anda
jadi investor jika anda fokus pada analisa dan membeli saham yang memiliki
kekuatan fundamental yang ciamik, kekuatan manajemen, merek, produk, dan leading
sector yang memgesaankan. Dan bukan terpaku pada time frame yang mana menjual
saham yang dipegang kurang dari setahun di anggap sebagai tader, dan dianggap
investor jika ia pegang saham lebih dari setahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar