Minggu, 07 Juni 2015

Benarkah Menjadi Investor atau Trader Ditentukan Oleh Time Frame?

Menjadi masalah yang klasik dikalangan investor atau trader yang baru masuk kedalam pasar, dimana mereka kerap kali berdiskusi terkait status mereka atau seseorang sebagai investor atau trader dengan membandingkan time frame yang mereka tetapkan. Dengan demikian perdebatan yang sebenarnya tidak akan meningkatkan performa portofolio ini dapat mengganggu pemikiran seseorang terhadap pemilihan, transaksi, dan lama waktu memegang saham mereka.

Pandangan umum menyebutkan bahwa seorang trader memiliki time frame yang lebih pendek ketimbang investor. Seorang trader dengan time framenya yang pendek membuat mereka lebih sering keluar masuk pasar ketimbang seorng investor. Dimana pandangan trader dengan time frame yang (umumnya) kurang dari 1 tahun membuat mereka lebih suka mencari saham yang secara teknikal up trend sehingga lebih mudah mendapatkan keuntungan. Kemudian seorang investor yang sering dianggap memiliki time frame yang lebih panjang (biasanya lebih dari 1 tahun)  memiliki kesabaran yang tinggi dan sering kehilangan momentum untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih pendek.


Well, saya tidak akan memncoba membantah mayoritas asumsi terkait dengan time frame seorang trader atau investor. Tetapi ijinkan saya menyampaikan pandangan dan pendapat pribadi terkait hal ini yang mungkin saja dapat memberikan pandangan yang lebih luas sehingga tidak begitu membatasi terkait ruang gerak seorang tader atau investor.

Saya akan membedah melalui cara pandang seseorang dalam membeli saham di bursa. Warrant Buffet pernah berkata bahwa ia dalam membeli saham mempunyai pandangan ia membeli bisnis bukan saham. Dari sini bisa diambil kesimpulan awal bahwa investor sekelas buffet tidak memandang saham sebagai komoditas yang bisa diperjual belikan melainkan sebuah bisnis yang harus diperlakukan layaknya bisnis pada umumnya. Tidak hanya itu Buffet juga tidak mau sembarangan membeli saham, sehingga sebelum membeli suatu saham ia akan mencari informasi terkait saham tersebut. Baik itu terkait fundamental, manajemen, produk dan sector industrinya.

Mari kita bedakan pandangan seorang trader dan investor. Seorang trader lebih banyak mengambiil pandangan bahwa saham adalah sebuah komoditas yang dapat dipejual belikan dalam waktu yang relative pendek dengan beberapa perhitungan mereka baik secara fundamental, teknikal, maupun bandarmologi. Sedangkan seorang investor dalam membeli saham ia akan mencari berbagai informasi terkait saham tersebut baik fundamental, manajemen, produk (inovasi), industry dan kekuatan merk.

Perlakuan seorang investor dan tader jauh berbeda, trader akan membeli saham dengan perhitungan ia akan mendapat keuntungan dalam jangka pendek (bahkan dalam satu hari ia bisa mentransaksikan 1 saham beberapa kali) sehingga seorang trader dapat keluar masuk pasar begitu cepat dan anlisanya lebih fokus ke analisa pasar. Bandingkan dengan investor, ia akan keluar atau masuk pasar sesuai dengan hasil analisanya terkait perusahaan (bukan kondisi pasar) sehingga ia bisa saja keluar masuk dalamrentang waktu kurang dari 1 tahun jika analisanya dulu sudah tidak sesuai dengan kondisinya sekarang.

Bagaimana dengan time framenya? Well, secara pribadi saya kurang sependapat bahwa trader adalah mereka yang memegang saham kurang dari 1 tahun, sedangkan investor lebih dari 1 tahun. Karena time frame bisa saja berubah tanpa ada pemberitahuan kepada khalayak umum terlebih dahulu. Jika merunut pada jangka waktu, anda yang awalnya seorang trader kemudian jadi investor hanya karena saham yang anda pegang terus saja up trend lebih dari setahun secara tidak sengaja. Jika seperti itu, sangat berbahaya bagi anda dan portofolio anda. Kok bisa? Penjelasannya begini, jika trader dikenal sangat dekat dengan taking profit dan cut loss, yang mana pada suatu saat ia menghadapi bear market dan karena  saham anda merugi (anggap saja ini saham BC) anda tetap memegangnya meski anda sudah merugi banyak (semisal ADHI saat ini). Jelas anda menjadi seorang investor dadakan, dan ini tidak bisa dipungkiri oleh banyak orang.

Jika anda menjadi trader atau investor berdasarkan fokus analisisnya, saya yakin anda tidak akan menjadi investor atau trader dadakan. Karena jika anda trader, anda sudah menentukan buy point, TP, dan CL sehingga anda akan bisa dengan cepat merespon perubahan kondisi pasar dan tidak terjebak kedalam perangkap “investor dadakan”. Kan gak lucu trader jadi investor dadakan? :D

Bagaimana dengan investor? Jika investor melakukan pembelian saham berdasarkan analisanya terhadap perusahaan dan sector industrinya dia tidak akan terjebak kedalam saham abal-abal yang dalam 1bulan mampu naik lebih dari 50%, atau menjual sahamnya karena turun harganya meski secara fundamental dan sector industry juga masih fine2 saja, dan tidak ada factor force de jure yang meyebabkan harga saham tersebut turun. Gak lucu juga kan seorang investor yang dikenal memiliki tingkat kesabaran tinggi tiba-tiba menjual sahamnya hanya karena sahamnya turun?

Well, sebaiknya anda jangan terlalu terpaku pada time frame, melainkan harus tetap pada hasil analisa anda. Jika anda lebih fokus dan senang menganalisa pasar dan mencari saham-saham yang up trend serta memberi peluang gain yang tinggi berdasarkan kondisi saham tersebut di pasar, maka anda jadi tader. Dan anda jadi investor jika anda fokus pada analisa dan membeli saham yang memiliki kekuatan fundamental yang ciamik, kekuatan manajemen, merek, produk, dan leading sector yang memgesaankan. Dan bukan terpaku pada time frame yang mana menjual saham yang dipegang kurang dari setahun di anggap sebagai tader, dan dianggap investor jika ia pegang saham lebih dari setahun.

Saat ini, IHSG sedang dalam masa koreksi minornya, dan saya yakin ada banyak trader yang menjadi investor dadakan yang dengan kata-kata bijaknya ia melupakan CL yang harus mereka lakukan. Lalu anda sekarang jadi apa? Investor murni atau investor dadakan? Hanya anda yang tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar